Makna Bekerja bagi Perempuan Pedagang Batak Toba (inang-inang)

Sumber: ugm.ac.id

Bagi perempuan pedagang Batak Toba (inang-inang) bekerja bukan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan pendidikan anak-anak mereka. Namun demikian yang terpenting dengan bekerja keras inang-inang mampu menunjukkan eksistensi dan martabat dirinya. Dengan bekerja keras inang-inang mendapatkan tempat dan martabatnya dalam kehidupan rumah tangga dan keluarganya.

Bukan Sekedar untuk Uang!

Mereka ingin mendapatkan status, otonomi, pengambil-keputusan secara mandiri, mobilitas dan ketegasan dalam rumah tangga masyarakat Toba yang patrilineal,”papar Ratih Baiduri, S.S., M.Si pada ujian terbuka program doktor Ilmu-ilmu Humaniora (Antropologi), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Rabu (10/6).

Dalam kesempatan itu Ratih mempertahankan disertasinya berjudul: Bukan Sekedar Untuk Uang: Makna Perempuan Pedagang Batak Toba (Inang-inang) di Kota Medan.

Ratih menjelaskan secara tidak langsung inang-inang melakukan resistensi terhadap sistem patriarki Batak Toba yang secara kultural mempunyai kecenderungan menempatkan perempuan dalam status yang subordinat dan dalam kondisi yang liminal. Dengan kemauan dan kerja keras mereka mampu membangun usahanya dari bawah sekali tanpa modal ekonomi, pendidikan dan pengalaman yang memadai.

“Budaya patrilineal Batak Toba memperlihatkan fleksibilitas dalam menyesuaikan peran gender dalam keluarga dan rumah tangga,”imbuh staf pengajar di Fakultas ilmu Sosial dan Pascasarjana Antropologi Universitas Negeri Medan (Unimed) tersebut.

Ia melihat peran-peran domestik dan publik bisa saja dipertukarkan. Pertukaran peran ini telah berhasil dengan sukses (dengan beberapa perkecualian), terutama dalam mencapai misi budaya (nilai-nilai budaya) dalam kehidupan orang Batak Toba di Medan. Pola kehidupan merekapun memperlihatkan pembentukan ke arah pola hubungan egaliter dalam rumah tangga, keluarga dan masyarakatnya.

Seperti diketahui etnik Batak Toba adalah salah satu dari lima sub etnik Batak yang merupakan penduduk Sumatera Utara, yaitu Toba, Mandailing, Simalungun, Karo, dan Dairi atau Pak-pak. Kebudayaan Batak Toba berakar pada sistem kekerabatan patrilineal, yaitu garis keturunan yang diperoleh melalui garis laki-laki. Oleh karena itu laki-laki menjadi pemeran utama dalam berbagai bidang kehidupan seperti perkawinan, hukum, warisan, pemilikan tanah dan pola tempat tinggal (Humas UGM/Satria)

Mohon masukan dan kritikan konstruktif. Terimakasih